BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit
TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit Toxoplasma
gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1 –
HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas
(misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan
Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena
menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai
anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang
terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya,
yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH juga dapat menyerang
semua jaringan organ tubuh,termasuk sistem saraf pusat dan perifeir yang
mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler
serta metabolisma tubuh.
SLE tidak menular, Kelainan ini
dikelompokkan ke dalam penyakit autoimun, penyebab dan mekanisme terjadinya
masih belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini diduga muncul karena faktor
genetik diduga munculnya kelainan juga dipengaruhi lingkungan. Misalnya pajanan
sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat, kehamilan dan trauma psikis maupun
fisik.
Penyakit Lupus merupakan penyakit kelebihan kekebalan tubuh. Penyakit Lupus terjadi akibat produksi antibodi berlebihan, sehingga tidak berfungsi menyerang virus, kuman atau bakteri yang ada di tubuh, melainkan justru menyerang sistem kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri.
Penyakit Lupus merupakan penyakit kelebihan kekebalan tubuh. Penyakit Lupus terjadi akibat produksi antibodi berlebihan, sehingga tidak berfungsi menyerang virus, kuman atau bakteri yang ada di tubuh, melainkan justru menyerang sistem kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri.
B.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas
maka dapat ditarik beberapa permasalahan diantarannya :
1. Apa
definisi dari TORCH dan SLE?
2. Bagaimana
proses terjadinnya penyakit TORCH?
3. Bagaimana
cara mengatasi penyakit TORCH ?
4. Bagaimana
tanda-tanda /gejala SLE ?
C.
Tujuan
Adapaun tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah :
1. Dapat
mengetahui definisi dari TORCH dan SLE
2. Mengetahui
proses terjadinnya penyakit TORC
3. Mengetahui cara mengatasi penyakit TORCH
4. Dapat
mengetahui tanda-tanda /gejala SLE
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
TORCH dan SLE
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella,
Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri
dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak
klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus
Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
Lupus adalah
suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan akut dan kronis
bermacam-macam jaringan tubuh. Kelainan ini merupakan kelainan multisystem yang
dapat menyerang kulit, persendian, jantung, pericardium, paru –
paru, ginjal, otak, dan system homopoitek.
Penyakit
Lupus merupakan penyakit kelebihan kekebalan tubuh. Penyakit Lupus terjadi
akibat produksi antibodi berlebihan, sehingga tidak berfungsi menyerang virus,
kuman atau bakteri yang ada di tubuh, melainkan justru menyerang sistem
kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri.
B. Penyebab
Utama Penyakit TORCH
Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH
(Toxoplasma, Rubella, CMV, dan Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita,
seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati, kambing, sapi, anjing, babi dan
lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai penyebab terjangkitnya penyakit
yang berasal dari virus ini adalah hewan, namun juga bisa disebabkan oleh
karena perantara (tidak langsung) seperti memakan sayuran, daging setengah
matang dan lainnya.
Dalam dunia medis, Toxoplasma
sering disebut juga dengan virus kucing. Biasanya disebut juga Toxo, tokso,
toksoplasma, atau toksoplasmosis. Padahal sesungguhnya ini bukan virus
kucing, tetapi parasit darah. Kenapa sering disebut virus kucing : selain
sebutan ini sudah salah kaprah, memang parasit ini tumbuhnya di dalam tubuh
binatang. Hal mana menurut penelitian di dalam maupun di luar negeri, 70%
penyebab penyakit ini adalah kotoran kucing. Kemudian melalui hewan lain yang
menempel dalam makanan, lalu masuklah ke dalam tubuh manusia dan menyatu dalam
darah.
Toxoplasma
Gondii
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang
disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu
sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya
penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon
imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat
yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%)
atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala
dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan telinga, retardasi
mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan
karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala
(sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk
mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah
Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang
diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila
hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma,
selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi
Toxoplasma.
Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada
kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus
Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita
hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi
terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah
50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25%
(menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat
bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali,
terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi
Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG
dana IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum
memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat
berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko
infeksi rubella bawaan.
Cyto Megalo
Virus (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan
virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga
herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV
merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi
yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung
mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati,
kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk
mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai
risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti
CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
Herpess
Simplex
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan
oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam
bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion
sistem syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan
Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya
infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi
terjadi pada saat kehamilan.
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt
membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang
ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik.
Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter
untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat
diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan
penanganan atau terapi yang tepat.
C. Tanda dan Gejala SLE
Pada awal perjalanannya, penyakit ini ditandai dengan
gejala klinis yang tak spesifik, antara lain lemah, lesu, panas, mual, nafsu
makan menurun, dan berat badan turun. Gejala awal yang tidak khas ini mirip
dengan beberapa penyakit yang lain.
Oleh karena gejala penyakit ini sangat luas dan tidak khas pada awalnya, maka tidak sembarangan untuk mengatakan seseorang terkena penyakit lupus.
Akibat gejalanya mirip dengan gejala penyakit lainnya, maka lupus dijuluki sebagai penyakit peniru. Julukan lainnya adalah si penyakit seribu wajah.
Menurut American College Of Rheumatology 1997, diagnosis SLE harus memenuhi 4 dari 11 kriteria yang ditetapkan yaitu sebagai berikut:
• Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada bentukan kupu-kupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash.
• Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai adanya jaringan parut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya.
• Fotosensitive, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar matahari
• Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers).
• Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala ini dijumpai pada 90 % odapus.
• Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi cairan.
• Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine. Protein dalam air kencing melebihi 500mg/ 24 jam
• Gangguan pada otak/sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke, dan lain-lain.
• Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan trombosit berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia
• Tes ANA (antinuclear Antibody) positif. ANA tes adalah suatu pemeriksaan darah yang menghitung antibodi yang terbentuk yang secara langsung melawan berbagai komponen dari nucleus (inti sel).
• Gangguan sistem kekebalan tubuh.
Oleh karena gejala penyakit ini sangat luas dan tidak khas pada awalnya, maka tidak sembarangan untuk mengatakan seseorang terkena penyakit lupus.
Akibat gejalanya mirip dengan gejala penyakit lainnya, maka lupus dijuluki sebagai penyakit peniru. Julukan lainnya adalah si penyakit seribu wajah.
Menurut American College Of Rheumatology 1997, diagnosis SLE harus memenuhi 4 dari 11 kriteria yang ditetapkan yaitu sebagai berikut:
• Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada bentukan kupu-kupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash.
• Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai adanya jaringan parut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya.
• Fotosensitive, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar matahari
• Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers).
• Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala ini dijumpai pada 90 % odapus.
• Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi cairan.
• Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine. Protein dalam air kencing melebihi 500mg/ 24 jam
• Gangguan pada otak/sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke, dan lain-lain.
• Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan trombosit berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia
• Tes ANA (antinuclear Antibody) positif. ANA tes adalah suatu pemeriksaan darah yang menghitung antibodi yang terbentuk yang secara langsung melawan berbagai komponen dari nucleus (inti sel).
• Gangguan sistem kekebalan tubuh.
D. Cara
Penularan TORCH
Penularan TORCH pada manusia
dapat melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif (didapat) dan yang kedua,
secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain sebagai
berikut :
Pertama, makan daging setengah matang
yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung sista), misalnya daging
sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya. Kemungkinan
terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu melalui
masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya diamsak
tidak semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya.
Kedua, makan makanan yang tercemar oosista
dari feses (kotoran) kucing yang menderita TORCH. Feses kucing yang
mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan) dan dapat menjadi
sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH
melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa bertahan di
tanah sampai beberapa bulan ( Howard, 1987).
Ketiga, transfusi darah (trofozoid),
transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista), kecelakaan
di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau tanpa sengaja
masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).
Keempat, hubungan
seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH. Misalnya
seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan
seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit)
maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH
sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan jenisnya.
Kelima, ibu hamil
yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka ada
kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui
plasenta.
Keenam, Air Susu
Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa
terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu
penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang
bayi yang sedang disusuinya.
Ketujuh, keringat
yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa menjadi
penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang yang
kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si
penderita penyakit TORCH.
Kedelapan, faktor
lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain
adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci
kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan
dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista
lebih besar.
Kesembilan, air liur
juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.
Berdasarkan kenyataan di atas,
penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena itu dalam satu keluarga
biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena penyakit tersebut maka yang
lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus dalam satu keluarga
seluruh anggota keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak - adik, bapak -
ibu, anak - anak semuanya terkena penyakit TORCH.
E. Cara
Menghindari TORCH
Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang
sangat membahayakan ini, ada beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa
dilakukan antara lain sebagai berikut :
Pertama, bila
mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan
lainnya terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat
Celcius, agar oosista - oosista yang mungkin terbawa di dalam daging
tersebut bisa mati.
Kedua, Kucing
peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi yang
masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu
dicuci / dibersihkan.
Ketiga, hindari
kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing,
musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan
bengkarung yang kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.
Keempat, penanganan
kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang disposable
(dibuang setelah dipakai).
Kelima, bagi
wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah
negatif, jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.
Keenam, bila
sedang memegang daging, bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ
yang masih mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan
peralatan dapur setelah selesai sebaiknya dicuci dengan sabun.
Ketujuh, bagi yang
senang berkebun atau bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung tangan,
mencuci sayuran atau buah sebelum dimakan.
Kedelapan, darah
penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita
imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif
harus dari orang dengan seronegatif TORCH.
Kesembilan,
pemberantasan terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlau
dilakukan.
Kesepuluh, penggunaan
desinfektan komersial yang ada di toko - toko dapat berguna untuk membasmi oosista.
Kesebelas,
memeriksakan hewan peliharaan secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik
hewan agar supaya hewan keanyangan selalu dalam keadaan sehat.
F. Diagnosa
Penyakit TORCH
Proses diagnosa medis merupakan
langkah pertama untuk menangani suatu penyakit. Tetapi diagnosa berdasarkan
pengamatan gejala klinis sering sukar dilaksanakan, maka dilakukan diagnosa
laboratorik dengan memeriksa serum darah, untuk mengukur titer-titer antibodi
IgM atau IgG-nya.
Penderita TORCH kadang tidak
menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa jadi sama sekali tidak
merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah pingsan,
pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, radang
tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur,
epilepsi, dan keluhan lainnya.
Untuk kasus kehamilan: sulit
hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisik maupun mental,
autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaan lainnya.
Namun begitu, gejala diatas tentu
belum membuktikan adanya penyakit TORCH sebelum dibuktikan dengan uji
laboratorik.
G. Pengobatan
TORCH
Adanya
infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2
petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan
Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif.
Jika IgG positif dan IgMnya
negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk
antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig
M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan
tidak dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke
janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya
pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga
positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya
tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu
pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika
dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi
sampai melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi,
pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan
bersama dokter kandungan anda.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan
menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine,
spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun
tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup
lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu
menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai 90 %.
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan
obat spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan
untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun
sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan
nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut
sesudah atau pada waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan.
H. Cara pengobatan SLE
Kebanyakan penyakit lupus adalah
peradangan. Jadi, lebih tertuju untuk mengurangi peradangan tersebut. Ada 4
kelompok obat yaitu nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) ,
corticosteroids, antimalarials, dan obat-obat cytotoxic.
:
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma
gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes
Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus
Coxsackie-B).
Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena
dapat mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil
bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.
Lupus adalah
suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan akut dan kronis
bermacam-macam jaringan tubuh. Kelainan ini merupakan kelainan multisystem yang
dapat menyerang kulit, persendian, jantung, pericardium, paru – paru, ginjal,
otak, dan system homopoitek.
Penyakit
Lupus merupakan penyakit kelebihan kekebalan tubuh. Penyakit Lupus terjadi
akibat produksi antibodi berlebihan, sehingga tidak berfungsi menyerang virus,
kuman atau bakteri yang ada di tubuh, melainkan justru menyerang sistem
kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri.
B.
Saran
Untuk selalu waspada terhadap
penyakit TORCH dengan cara mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini
kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan makanan
yang dimasak dengan matang.
DAFTAR PUSTAKA
sumber :
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-torch.html
The Arthritis Foundation http://www.arthritis.org).
http://www.tokonita.com/kesehatan-dan-kecantikan/makanan-kesehatan/jelly-gamat-1000-ml.html
http://www.tokonita.com/kesehatan-dan-kecantikan/makanan-kesehatan/jelly-gamat-1000-ml.html
http://www.tokonita.com/kesehatan-dan-kecantikan/makanan-kesehatan/jelly-gamat-1000-ml.html
http://www.tokonita.com/kesehatan-dan-kecantikan/makanan-kesehatan/jelly-gamat-1000-ml.html